Selasa, 18 Maret 2014

Sebuah Transisi

Untukmu, kutulis sajak ini
mengajak penaku menari
berusaha temukan kalimat manis
berharap terangkai kata-kata romantis

Akupun berusaha memberikan sebuah skema
Bertindak indah seperti dalam drama
Berperan sebagai seorang pujangga
Tapi buat apa..
Jika semua hanya akting belaka..

Mataku beralih menatap kaki langit
dimana sebuah transisi sedang terjadi
Gelap mulai menghampiri
Sedangkan terang mulai dilucuti

Aku tersadar..
mendengar hatiku berbisik sendu..
mengatakan sesuatu..
dan sesuatu itu akan kusampaikan padamu :






















Selamat ulang tahun Nindy…
kuucapkan terima kasih pada sang waktu,
walau seenaknya mendikte umurmu,
dan perlahan mencuri usiamu..
Tapi telah mengingatkanku tentang kelahiranmu.

Selamat menikmati transisimu...
Semoga berkah, dan semakin indah”

by : Red Renjer

Rabu, 02 Oktober 2013

Klise

Disini...
masih tersisa genangan air yang merayu
menitipkan salam dari langit sendu
membasahi jalan kecil tak berbatu

dan mulai kutapaki jalan itu
masihkah kau ada disana?

ku alihkan pandangan melihat langit malam
meramal angan, memastikan kelam
apakah kebenaran adalah kebenaran
ataukah aku yang telah salah menafsirkan

tapi tetap kutapaki jalan itu
masihkah kau ada disana?















Diujung jalan...
akupun melihat kenyataannya
apa yang sebenarnya ada di balik sana
sesuatu yang bersembunyi, dan siap menerkam asa
yang membuatku miskin akan pilihan
memaksaku tetap memastikan kelam

akupun ragu...
masihkah kau tetap disana?

Malampun semakin larut
tak satupun puisi terlahir
tak satupun majas yang hadir
ya sudah, aku tetap miskin akan pilihan
saatnya merayakan kesendirian...

“Untuk apa kita bersuara?
Jika seluruh kata dimaknai berbeda"
Klise...

tapi tenanglah, aku nyata...

by : Red Renjer

Jati Diri??

Salam Merah!!

Pada posting kali ini saya akan menyajikan suatu tulisan mengenai jati diri. Sebenarnya apa sih jati diri itu? dia itu makhluk apa? hidup dimana? berkembang biak dengan cara apa?

Bagi anda yang penasaran, Selamat membaca!

---------------------------

Sebelum membahas jati diri, mari kita bahas dulu apa itu kepribadian. Kepribadian adalah gabungan dari emosi, sikap, dan kebiasaan dari suatu individu. Kira-kira itulah arti kepribadian yang saya cerna dari wikipedia. Seseorang perlu mengenali kepribadiannya, karena melalui itu dia dapat menemukan jati dirinya. Oleh sebab itulah dengan berbagai cara manusia berusaha mengungkap kepribadian melalui berbagai tes atau pun kepercayaan tertentu, ada yang melalui ramalan bintang, primbon, shio, dan yang sedang tren saat ini adalah melalui golongan darah.
Terlepas dari itu semua, kepribadian bukanlah hal yang mudah untuk dipahami. Bahkan ada orang yang seumur hidupnya tidak dapat mengetahui kepribadiannya dengan baik, sehingga dia tidak bisa menemukan jati dirinya yang sesungguhnya.

Seseorang yang gagal menemukan kepribadiannya
Saya bertanya pada seorang mahasiswa tingkat akhir mengenai makhluk yang bernama jati diri itu, dan dia pun menjawab "jati diri itu adalah kepribadian kita".
Kemudian saya bertanya pada mahasiswa lainnya, dan dia menjawab sambil senyum-senyum ga jelas tersenyum simpul "Jati diri itu ya emmm.. ya.. emmm... sikap kita yang sebenarnya ya?????" (malah ditanya balik). 
Belum puas dengan jawaban itu, saya mengambil sampel mahasiswa tingkat akhir lainnya, dan dia menjawab dengan wajah pasti "jati diri itu adalah aku,, aku yang sesungguhnya" (dijawab dengan gaya pak mario teguh)

Tersesat dalam pencarian makhluk yang bernama jati diri

Saya pun semakin penasaran, apakah perbedaan ketiga jawaban tersebut disebabkan karena perbedaan jati diri mereka atau karena mereka belum mengenal jati dirinya dengan sempurna? 
yang jelas, "jangan berharap jati diri itu akan mendatangimu, karena jati diri itu menunggu untuk kau temukan"
Bagi yang telah menemukan jati dirinya, Selamat Anda beruntung!!
Bagi yang belum menemukan jati dirinya marilah memulai dengan hal sederhana, tanyakan pada diri kita :

Siapa aku?
Dari mana aku?
Untuk apa aku ada?
Dan aku mau kemana?


Sesungguhnya tulisan ini ditulis oleh seseorang yang juga sedang mencari jati dirinya, jadi tolong maafkan jika tulisan ini tak ada gunanya.

Cukup sekian dan selamat mencari jati diri!

(ttd : Merah bukanlah api, merah bukanlah darah, tapi merah itu Si Renjer Merah)

Sabtu, 24 Agustus 2013

Hujan

Menatap langit yang tak lagi biru, 
aku meracau ribuan ragu
dalam otakku yang terkekang rindu...

Menginjak tanah yang nyaris goyah, 
aku menyimpan ribuan resah
menunggu badai yang tak pernah musnah...

















sedih rasanya melihatnya terjun bebas.. 
jutaan armada yang meluncur tanpa ragu
sama sekali tak mewakili pradugaku...

sedih rasanya mendengarnya bergemuruh..
seakan mengejek mencengkram bisu
sama sekali tak mewakili perasaanku...

maafkan aku yang telah membasahimu,
ciptakan dingin, di musim semimu

Hujan....
kuharap kau selalu menjaganya, menemaninya..
meskipun langit tak punya juru bicara..


by : Red Renjer

Minggu, 14 Juli 2013

SPP (Sudut, Pinggir, dan Pojok)

Assalamu'alaikum
Salam Merah!
Tulisan berikut ini berisikan tentang sesuatu yang berhubungan dengan "sudut, pinggir, dan pojok", atau kata-kata lain yang kira-kira artinya memiliki kesamaan makna dengan kata-kata tersebut.
Bagi yang berminat silakan baca. Bagi yang tidak...
hmm.. baca aja, dikit kok.

Langsung saja

_______________________

Pengertian "sudut, pinggir, atau pojok" yang dimaksud dalam tulisan ini adalah suatu tempat yang berada pada tempat paling ujung. Jika diberi imbuhan ter dan kan, maka akan menjadi "tersudutkan", "terpojokkan" yang kira-kira artinya adalah suatu kondisi dimana suatu hal atau suatu benda berada pada tempat atau keadaan "terpinggirkan". Yah walaupun artinya agak sedikit maksa tapi saya yakin anda semua sudah mengerti makna dari kata-kata tersebut.

Setiap orang normal pasti tidak akan suka berada pada kondisi tersudutkan. Yang perlu digaris bawahi adalah kata "setiap orang normal". Ga tau tuh, soalnya ada beberapa "orang yang tidak normal" di dunia ini yang menyukai dirinya berada pada kondisi "terpojokkan", alasannya mungkin demi sebuah popularitas, atau karena menyukai tantangan. Yang jelas di sini saya hanya akan membahas pada kondisi normal saja.

Hal yang menyebabkan seseorang berada pada kondisi "terpojokkan" biasanya disebabkan karena orang tersebut memiliki kesalahan, atau karena bertindak di luar kelakuan normal (aneh), atau karena memiliki perbedaan point of view dengan orang yang "memojokkan".

Kucing yang tersudutkan

Jika suatu benda diletakkan di pinggiran atau di pojokan, maka benda tersebut akan memiliki ruang gerak yang terbatas, bahkan sama sekali tidak bisa bergerak. Hal inilah yang menyebabkan seseorang juga tidak akan suka pada kondisi tersudutkan atau terpojokkan. Pada kondisi tersebut, seseorang yang "terpojokkan"
akan mengalami ruang gerak yang terbatas untuk mengekspresikan dirinya, bahkan akan di judge sebagai orang yang salah, bahkan tidak diberi kesempatan untuk menjelaskan dirinya. Bahasa kasarnya "Lu tuh salah! Jadi diem aja! mending introspeksi diri!"

Memang benar, semua hal yang ada di dunia ini diciptakan oleh Tuhan dengan tujuan tertentu, salah satunya kondisi terpojokkan di atas. Karena pada kondisi tersebut seseorang akan bisa mengintrospeksi dirinya, sehingga dapat memperbaiki dirinya. Akan tetapi, hal yang juga harus kita perhatikan adalah jangan sampai kita terlalu berlebihan dalam menciptakan kondisi terpojokkan tersebut. Apalagi hal itu dilakukan berlarut-larut dalam waktu lama dengan sengaja. Bahasa gaul anak sekarang "nyinyir". Nyinyir itu justru akan menciptakan kondisi tidak nyaman yang akan berujung pada ghibah bahkan lebih parahnya lagi adalah fitnah.

Apa gunanya membuat orang lain, teman, bahkan saudara kita berada pada kondisi tersebut, merasa tersudutkan, terpinggirkan, atau terpojokkan yang mana hal tersebut kita lakukan hanya untuk memenuhi kepuasan pribadi?

Setiap manusia pasti mempunyai kesalahan, kesalahan tersebut dapat diperbaiki, salah satu caranya adalah dengan menasehati orang tersebut tanpa memojokkannya. Tanpa merasa diri kita paling benar, tanpa merasa diri kita paling suci. Apalagi kalau kondisi terpojokkan itu disebabkan karena perbedaan point of view, tentu ceritanya akan beda lagi.

Oleh karena itu marilah kita (orang yang memojokkan ataupun yang terpojokkan) memperbaiki dirinya agar menjadi pribadi yang lebih baik. Tanpa harus menyakiti perasaan orang lain.

"Awanpun tak selalu putih bukan? Tapi ia punya cara tuk jernihkan dirinya" - Red Renjer

_______________________

Sekian tulisan saya, semoga anda yang membaca tulisan ini tidak merasa memojokkan atau terpojokkan. Tulisan ini murni untuk sekedar mengingatkan saja, Insya Alah..
Jika ada kata-kata yang kurang berkenan, saya minta maaf
wassalamu'alaikum

(ttd: Merah bukanlah api, merah bukanlah darah, tapi merah itu Si Renjer Merah)